Ternyata Komplek Candi Budha Terbesar Bukan lah Borobudur Melainkan Candi Ini di Sumatera, Berikut Luasnya

7 Juni 2024, 09:14 WIB
Lindungi Warisan Budaya, Kemendikbudristek Mulai Pembangunan Museum Muarajambi /foto antara/

JURNAL SOREANG - Upacara tradisional digelar menandai secara resmi pembangunan museum di lokasi megaproyek revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Tegak Tiang Tuo merupakan tradisi lokal upacara peletakan tiang pancang sebagai simbol berbagai aspek kehidupan dan kekuatan alam yang harmonis.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan prosesi Tegak Tiang Tuo merupakan langkah penting dalam perjalanan mewujudkan upaya pemerintah dalam mendorong perlindungan warisan budaya di Indonesia.

 

KCBN Muarajambi memiliki makna sejarah yang mendalam dalam merepresentasikan keunikan tradisi spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara.

Kompleks ini mencakup candi tinggi dan rendah, serta stupa besar yang mencapai ketinggian 27 meter yang semuanya dibangun tanpa menggunakan semen atau bahan perekat modern.

Museum ini akan menjadi yang terluas di Indonesia dengan luas 10 hektar, dan berada di dalam KCBN Muarajambi sebagai kawasan candi Buddha terluas di Asia Tenggara, dengan luas kawasan 3.981 hektar.

Baca Juga: Pelajaran Bahasa Inggris Kerap Dianggap Susah, Begini Langkah Cerdas Kemendikbudristek dan British Council

Prosesi peletakan batu pertama ini dilakukan dengan mengikuti adat setempat, yakni prosesi beselang Tegak Tiang Tuo sebagai simbol berbagai aspek kehidupan dan kekuatan alam yang harmonis.

Tegak Tiang Tuo melibatkan peletakan tiang pertama menggunakan kayu bulian di tengah lokasi bangunan, dilengkapi dengan cecokot, stabun tawar, serta dibacakan pento sebagai ungkapan doa dan harapan.

Prosesi ini diawali dengan peletakan emas, perak, besi, tapak kuda, dan sawang angin dan diakhiri dengan penaburan setabun tawar dan secupak garam.

 

Tiang Tuo kemudian dihiasi dengan pakaian sepelulusan, minyak kemiri, bedak, celak, kincu, dan parfum yang melambangkan harapan bahwa rumah ini akan menjadi tempat yang nyaman dan memikat.

Selanjutnya, prosesi diakhiri dengan pemasangan payung rotan daun seredang, pembacaan doa, dan menyantap hidangan Puluran Selemak Manis sebagai wujud rasa syukur.

Setelah prosesi Tegak Tiang Tuo, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon sebagai simbol komitmen untuk melestarikan lingkungan.

Baca Juga: Deretan Praktik Baik Pemanfaatan Platform Teknologi Kemendikbudristek di Berbagai Daerah yang Bisa Ditiru

Langkah ini menunjukkan pembangunan tidak hanya fokus pada aspek fisik candi tetapi juga pada keberlanjutan lingkungannya.

“Revitalisasi KCBN Muarajambi diharapkan membawa perubahan signifikan, khususnya bagi masyarakat sekitar, bagi peradaban Indonesia, serta memperkuat identitas budaya Indonesia di mata dunia,” tutup Hilmar.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud Ristek

Tags

Terkini

Terpopuler